PKBI Jawa Barat dan PKBI Yogyakarta menyelenggarakan Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana untuk Pemuda dan Mahasiswa.
Tahun 1973, berdiri Student Association for Population Studies (SA) oleh aktivis mahasiswa di Bandung, yang menjadi cikal bakal organisasi pemuda.
Di Yogyakarta, muncul kelompok pemuda Zero Population Group (ZPG) yang kemudian tidak berlanjut, namun menghasilkan tokoh-tokoh yang kini aktif di berbagai bidang.
SA masih aktif sebagai organisasi hingga saat ini.
-
Tahun 1973, berdiri Student Association for Population Studies (SA) oleh aktivis mahasiswa di Bandung, yang menjadi cikal bakal organisasi pemuda.
-
Di Yogyakarta, muncul kelompok pemuda Zero Population Group (ZPG) yang kemudian tidak berlanjut, namun menghasilkan tokoh-tokoh yang kini aktif di berbagai bidang.
-
SA masih aktif sebagai organisasi hingga saat ini.
berdiri Sahabat Remaja (SAHAJA PKBI) oleh PKBI Pusat. Fokus pada
karakteristik psikologis dan kesehatan remaja. Prof. Sarlito fokus pada kesehatan psikologis remaja. Secara hukum, aturan mengenai perempuan dan anak. Namun untuk remaja, belum ada UU yang khusus mengaturnya. Dokumen hukumnya belum ada untuk remaja.
-
Ide awal pada saat itu adalah Sahabat Remaja, yakni menemani remaja yang memiliki masalah
-
Perlu ada pendampingan bagi remaja
-
Konsep awal:
menjadi sahabat bagi remaja.
berdiri Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) di PKBI Sumatera Barat. Remaja SMA dilatih konseling untuk bisa menjadi konselor bagi remaja. Konselor remajanya dipanggil dengan istilah Koko dan Kiki. Tahun 1991 menjadi konselor istilahnya. Pada masa itu pusat konsultasi remaja menjadi berkembang lebih luas di berbagai wilayah.
-
Ide awal pada saat itu adalah Sahabat Remaja, yakni menemani remaja yang memiliki masalah
-
Perlu ada pendampingan bagi remaja
-
Konsep awal:
menjadi sahabat bagi remaja.
Berkembang proyek Gerakan Remaja Bertanggung Jawab (GRBJ) serta Kelompok Remaja Bertanggung Jawab (KRBJ) di PKBI Pusat. Ide yang dikembangkan tentang fasilitator untuk pengembangan kelompok remaja
dikembangkan Youth Center sebagai proyek remaja oleh PKBI Pusat. Selain itu, dibentuk forum remaja untuk organisasi remaja di daerah. Ide yang berkembang adalah remaja sebagai Community Organizer.
Dikembangkan Youth and Leadership.
Idenya adalah remaja menjadi inisiator (pelopor), kreator (kreativitas), dan transformator (holistik dan berkelanjutan) untuk perubahan. Mengacu pada awalnya sebagai sahabat, konselor, fasilitator, organizer, sekarang saatnya menjadi pemimpin. Diharapkan remaja dikembangkan menjadi inisiator (pelopor) dan mengambil inisiatif. Kedua, menjadi kreator, misalnya dengan AI, teknologi digital bagaimana remaja mengembangkan kreativitasnya. Transformator artinya berpikir holistik.
- Tiga value (pelopor, kreator, dan holistik) ini menjadi dasar untuk Youth and Leadership
- Visi ke depan harapannya dapat di terjemahkan untuk hadapi tahun 2045
Program ini melanjutkan perjalanan peran remaja yang awalnya sebagai sahabat, konselor, fasilitator, dan organizer—menuju kepemimpinan. Visi ke depan adalah menyiapkan remaja untuk menjadi agen perubahan menjelang Indonesia Emas 2045.
Kerangka Perubahan Remaja PKBI
Pertama, kepemimpinan dan manajemen.
Harapannya remaja memimpin untuk perubahan dan memiliki kapasitas manajemen yang tinggi. Keterampilan yang perlu dikuasai seperti membuat proposal, mengorganisir, evaluator, dan berani mengambil inisiatif. Kemampuan manajemen mutlak harus ada pada diri remaja.
Ke-PKBI-an.
Kekuatan gerakan sosial yang dilakukan oleh PKBI terletak pada nilai-nilai yang diperjuangkan dan telah dimulai sejak berdirinya organisasi PKBI. Untuk itu menjadi penting, bahwa historis gerakan yang dilakukan juga terinternalisasi pada relawan PKBI semua generasi. Hal yang menjadi catatan penting, prediksi ke depan, semua ketua PKBI tahun 2045 basisnya adalah remaja PKBI. Dengan demikian nilai ke-PKBI-annya, visi, semangat, dan kerelawanannya dikuatkan dari usia remaja.
HKSR dan bencana
Pemahaman terkait dengan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) menjadi kompetensi fundamental yang perlu dipahami oleh setiap insan relawan PKBI termasuk remaja. Pemahaman ini menjadi landasan dalam berpikir hingga melakukan gerakan remaja. Selain itu, agar kepekaan terhadap lingkungan juga tumbuh, maka pemahaman terkait posisi Indonesia sebagai wilayah rawan bencana yang juga memengaruhi kesehatan reproduksi dan seksual juga perlu dikuatkan. Remaja merupakan kelompok rentan dalam situasi bencana, namun juga kelompok yang memiliki potensi tinggi untuk dapat resilien. Untuk itu, remaja PKBI tidak hanya mampu memahami kebencanaan dan perubahan iklim dalam level pengetahuan, namun menjadi aktor dalamsituasi kebencanaan.
Kerangka Strategis IPPF (2016-2022) menunjukkan bagaimana federasi merangkul remaja sebagai mitra dan beralih ke pendekatan yang lebih berpusat pada remaja. Sementara itu, PKBI dalam rencana strategisnya telah berupaya memberikan ruang yang lebih luas bagi remaja.
Pada tingkat nasional terdapat program yang fokus pada anak dan remaja di bawah Program Anak dan Remaja. Selain itu, pada AD/ART PKBI pasal 15 telah memasukkan remaja sebagai bagian dari perangkat organisasi yang terdiri atas Forum Remaja Nasional, Forum Remaja Daerah, dan Forum Remaja Cabang. Hal ini menunjukkan adanya komitmen PKBI terhadap gerakan ramah remaja dan memastikan bahwa remaja benar-benar berada di pusat segala aktivitas. IPPF terus mendorong untuk keterlibatan remaja yang bermakna. Dengan berfokus pada kehidupan, kebutuhan, dan perspektif remaja harapannya organisasi dapat memberikan layanan, program, dan intervensi remaja yang relevan, inklusif, dan efektif.
Model yang berpusat pada remaja berupaya memberdayakan remaja, memungkinkan
remaja untuk mewujudkan hak seksual mereka, dan memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan sosial. Hal ini dibangun melalui tiga pendekatan terhadap hak kesehatan
seksual dan reproduksi remaja, termasuk:
1. layanan ramah remaja
2. pendidikan
seksualitas yang komprehensif dan
3. perubahan sosial dan kebijakan.
Berpusat pada remaja adalah tentang mendorong remaja untuk berpikir, mempertanyakan, mengeksplorasi, dan mencari jawaban. Dengan demikian remaja dapat berdaya untuk mengubah hidup dan memengaruhi konteks budaya dan dinamika kekuasaan lokal yang memengaruhi kehidupan remaja.
Model yang berpusat pada kepentingan
Model yang berpusat pada remaja sebagaimana diilustrasikan di atas menjabarkan mekanisme (lihat sisi kanan atau gelap) yang harus dikembangkan dan diterapkan agar remaja dapat menyadari hak-hak seksual mereka. Ini adalah model sosio-ekologis sehingga
mengonseptualisasikan remaja dalam lingkungan mereka (lihat sisi kiri atau terang), yang memiliki ciri-ciri fisik, budaya, dan geografis, dan juga dicirikan oleh aktor dan lembaga sosial. Model yang berpusat pada kepentingan remaja menyarankan bahwa kita dapat meningkatkan kesejahteraan remaja dan kemampuan remaja untuk menjalankan hak hak remaja dengan memberikan program yang berpusat pada remaja sehingga dapat mengubah kondisi dan interaksi sosio-ekologis.
Penerapan Model yang Berpusat pada Kepentingan Remaja
1. Remaja sebagai Pusat Remaja harus menjadi pusat dalam pengambilan keputusan dan pemrograman. Untuk melaksanakan hal ini secara efektif:
-
Orang dewasa perlu membangun kepercayaan dengan remaja serta memahami tujuan dan minat mereka secara eksplisit.
-
Dalam merekrut dan bekerja dengan remaja, penting untuk melibatkan mereka yang menghadapi hambatan dalam partisipasi.
-
Orang dewasa harus memahami titik awal remaja—minat, identitas, aspirasi, serta faktor-faktor yang menyebabkan pengucilan.
-
Dukungan diperlukan agar remaja dapat menyuarakan pendapat dan mengembangkan identitasnya.
-
Ketika pendapat remaja didengar dan ditanggapi dalam perencanaan, mereka akan lebih terlibat dalam pelaksanaan program, advokasi, dan evaluasi.
-
Pengakuan atas kontribusi mereka mendorong minat terhadap kepemimpinan dan tata kelola remaja.
1. Remaja sebagai Pusat
Remaja harus menjadi pusat dalam pengambilan keputusan dan pemrograman. Untuk melaksanakan hal ini secara efektif:
-
Orang dewasa perlu membangun kepercayaan dengan remaja serta memahami tujuan dan minat mereka secara eksplisit.
-
Dalam merekrut dan bekerja dengan remaja, penting untuk melibatkan mereka yang menghadapi hambatan dalam partisipasi.
-
Orang dewasa harus memahami titik awal remaja—minat, identitas, aspirasi, serta faktor-faktor yang menyebabkan pengucilan.
-
Dukungan diperlukan agar remaja dapat menyuarakan pendapat dan mengembangkan identitasnya.
-
Ketika pendapat remaja didengar dan ditanggapi dalam perencanaan, mereka akan lebih terlibat dalam pelaksanaan program, advokasi, dan evaluasi.
-
Pengakuan atas kontribusi mereka mendorong minat terhadap kepemimpinan dan tata kelola remaja.
2. Ruang Aman dan Lingkup Perubahan
Model ini mengakui bahwa pengalaman tumbuh remaja berbeda-beda tergantung konteks lokal mereka.
-
Program yang berpusat pada remaja harus menyediakan ruang yang aman dan partisipatif untuk interaksi antara remaja, teman sebaya, dan orang dewasa.
-
Remaja sering mengalami stigma, baik dari luar maupun internalisasi, yang menghambat akses mereka terhadap layanan kesehatan, kenyamanan diri, dan pemenuhan hak-hak mereka.
-
Ruang aman membantu remaja meraih kembali rasa memiliki dan identitas, serta mendorong solidaritas dari orang lain.
-
Model ini mempertimbangkan relasi kekuasaan antar dan dalam generasi, serta pentingnya memahami transisi kehidupan remaja.
-
Kerja sama dengan orang dewasa sangat penting, termasuk kolaborasi antara orang tua, pendidik sebaya, pemimpin agama, dan tokoh masyarakat.
-
Pemahaman terhadap kebijakan dan konteks politik yang lebih luas juga diperlukan agar remaja dapat turut memengaruhi kebijakan dan hukum terkait hak-hak mereka, baik di tingkat lokal maupun nasional.
3. Pengembangan Kapasitas Organisasi
Pendekatan yang berpusat pada remaja membutuhkan komitmen kelembagaan dalam melibatkan remaja di seluruh siklus program:
-
Mulai dari perencanaan hingga pemantauan dan evaluasi.
-
Pendekatan ini harus menjadi bagian dari seluruh organisasi, bukan hanya dalam proyek-proyek tertentu.
-
Organisasi perlu membangun kapasitas internal untuk menerapkan program yang berfokus pada remaja.
-
Wilayah IPPF dan para anggotanya didorong untuk terus berbagi pengalaman dan pembelajaran secara berkelanjutan, agar dapat saling memperkuat dan memetik manfaat dari praktik baik yang telah dilakukan di tempat lain.